Ketua FSB Bakal Datangi Kantor Bupati Banyuwangi, Ini Alasannya

Radar Bhayangkara Indonesia | Banyuwangi – Jalan penghubung antara dusun Sungeb dan Cantuk serta dusun Wiyayu yang menjadi akses utama warga masyarakat, kini menjadi target utama Pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman Kabupaten Banyuwangi PUCKPP.

Jembatan tersebut sejak hari selasa 06 september 2022 sudah di lakukan evakuasi pembongkaran karena mengalami kerusakan, namun pembongkaran tersebut membuat warga setempat banyak yang mengeluh jika tidak di buatkan lagi akses alternatif atau jalan darurat, khususnya warga yang biasa setiap hari pagi dan sore menghantarkan anak – anaknya berangkat ke sekolah dan belajar mengaji.

Menurut warga sekitaran jembatan, setidaknya Pemerintah memberikan akses alternatif yang dapat di lalui anak – anak yang sedang melakukan belajar ke sekolah dan mengaji serta pengguna sepeda roda dua ataupun pejalan kaki yang setiap harinya pergi ke sawahnya.

Warga beharap kepada Pemerintah untuk di buatkannya kembali akses alternatif karena banyaknya warga yang membutuhkan untuk melintas. Bukan hanya itu, banyak warga yang mengantarkan anaknya sekolah dan mengaji dengan arah yang berlawanan, antara dusun Sungeb ke Cantuk dan dusun Wiyayu, dan sebaliknya. Selama ini warga harus memutar arah yang menempuh jarak puluhan kilo, dan membutuhkan waktu yang cukup lama terkadang bisa terlambat.

Salah satu warga mengatakan kepada awak media, “Kami sangat mengeluh pak, sudah berapa hari ini semenjak jembatan di bongkar saya kerepotan mau melintas di saat mengantar anak sekolah dan mengaji, terpaksa kami harus jalan kaki dan turun melewati sungai. Andaikan ada akses alternatif kan lebih cepat seperti biasa, karena jarak antara dusun Sungeb ke Cantuk hanya sebentar dan anak sekolah tidak terlambat”, keluh warga.

Selanjutnya warga juga menyampaikan dengan tidak di bangunya akses alternatif atau jalan darurat, mereka sangat kecewa dan merasa khawatir dengan anak – anak yang setiap harinya berangkat sekolah dan mengaji yang terus menerus harus melintas turun menyeberangi sungai apalagi jaman sekarang sudah banyak kejadian – kejadian aneh yang menimpa anak – anak sekolah di saat jalan sendirian, terkadang ada orang melakukan penjambretan terhadap anak sekolah sehingga orang tua merasa khawatir dan trauma, lanjut warga.

Sementara Buang Arifin LSM Teropong yang kebetulan juga warga desa Cantuk mengatakan, jalan tersebut merupakan jalan satu – satunya penghubung antara dusun Sungeb dan Cantuk serta dusun Wiyayu, yang diketahui setiap harinya sangat di butuhkan aktifitas warga yang keseharianya pergi ke sawah dan mengantarkan anak – anak ke sekolah dan mengaji di setiap sorenya.

“Diketahui selama beberapa hari ini setelah jembatan tersebut di bongkar, warga dusun Kelampokan – Sungeb dan sebaliknya, warga dusun Cantuk dan Wiyayu yang mau mengantarkan anak – anaknya ke sekolah dan mengaji TPQ harus berputar arah menempuh jarak puluhan kilo. Harapan besar kepada Pemerintah dinas PU, ataupun wabil khusus kepada Bapak Camat dan Bapak Kepala Desa Cantuk, untuk turut membantu warga, segera untuk di buatkan kembali akses alternatif, demi mengingat pentingnya anak – anak belajar”, pungkas Buang Arifin.

Ditempat berbeda, M. Faiq selaku ketua Forum Singojuruh Bersatu (FSB) mengatakan ketika melihat ada pembangunan jembatan ketapang di jalan desa Cantuk menuju Padang sangat apresiasi, tapi ada hal yang perlu ia kritisi dengan tajam.

“Seharusnya pembangunan jembatan itu sebelum di mulai pembongkaran, pihak pelaksana tidak boleh mengindahkan kepentingan umum agar warga sekitar dan anak – anak kita yang sekolah di wilayah desa Padang bisa tetap beraktivitas seperti biasa ketika ada jembatan darurat sebagai alternatif untuk warga dan anak – anak, siswa – siswa dapat melakukan aktivitas tetap berjalan lancar, jadi saya sangat berharap kepada pelaksana proyek jembatan tersebut untuk secepatnya membuat jembatan daurat”, terang Faiq.

“Saya melihat langsung ketika anak – anak yang akan menuju ke tempat sekolahnya sampai naik turun ke sungai menenteng sepatunya, tentunya hal ini akan menghambat kegiatan warga sekitar jika tidak ada jembatan darurat karena pekerjaan jembatan itu tentunya memakan waktu berbulan – bulan, jika dalam waktu cepat ini permintaan kami, sebagai Ketua FSB akan mendatangi Kantor Bupati Banyuwangi untuk menemui Ibu Bupati Banyuwangi”, paparnya.

RADAR NEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *