Gugur Saat Puasa, 3 Polisi Ditembak Mati Kopda Bazarsah: Harapan Buka Bersama Berubah Jadi Duka

PALEMBANG, Radar BI- Sasnia masih mengingat jelas percakapan terakhir dengan suaminya, Kapolsek Negara Batin AKP Anumerta Lusiyanto, pada Senin pagi, 17 Maret 2025 lalu.
Saat itu, suaminya meminta agar ia menyiapkan makanan lebih banyak untuk berbuka puasa nanti malam.
“Suami saya masih berpuasa karena saat itu bulan Ramadan. Beliau minta disiapkan makanan banyak, katanya mau buka puasa bersama di rumah setelah penggerebekan,” ujar Sasnia, dengan suara bergetar.
Namun, harapan untuk menyambut waktu berbuka itu berubah menjadi kabar duka.
Sore harinya, Sasnia menerima pesan di grup WhatsApp: suaminya gugur dalam tugas, tertembak dalam penggerebekan judi sabung ayam di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan, Lampung.
Tak hanya Kapolsek Lusiyanto, dua anggota lainnya, Bripka Petrus Apriyanto dan Bripda M Ghalib Surya Ganta, juga tewas dalam insiden tersebut.
Ketiganya ditembak mati oleh oknum TNI, Kopda Bazarsah, yang kini menjadi terdakwa dalam persidangan di Pengadilan Militer I-04 Palembang.
Fakta menyedihkan ini diperkuat keterangan dua dokter forensik RS Bhayangkara Lampung, dr Chaterina Andriani dan dr I Putu Suwartama, yang melakukan autopsi pada Selasa, 18 Maret 2025.
“Dari hasil pemeriksaan, ketiga korban ditemukan dalam keadaan lambung kosong selama lebih dari 24 jam. Artinya, mereka dalam kondisi berpuasa saat ditembak,” jelas dr Chaterina saat memberikan kesaksian di pengadilan, Senin (7/7/2025).
Ketiga polisi tersebut, lanjutnya, tewas akibat tembakan peluru kaliber 5,56 mm, yang berasal dari senjata laras panjang jenis SS1 dan FNC milik Kopda Bazarsah.
Detail Luka Tembak Menggambarkan Kekejaman dan brutalisme aparat yang memegang senjata.
Kapolsek Lusiyanto tertembak di dada kanan, peluru menembus jantung dan paru-paru, menyebabkan kematian seketika.
Sedangkan Bripka Petrus Apriyanto ditembak dari jarak dekat di mata kiri, peluru menembus otak dan memecahkan tempurung kepala.
Sementara Bripda M Ghalib Surya Ganta mengalami luka tembak di bibir bawah, menembus rahang dan bersarang di tulang iga.
“Kami menemukan sisa proyektil di dalam tubuh korban yang cocok dengan peluru kaliber 5,56 mm. Terutama pada Bripka Petrus, peluru masuk dari kelopak mata, pecah di otak—kemungkinan besar ditembak dari jarak sangat dekat,” terang dr Putu.
Sasnia dan keluarga korban lainnya tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia bukan hanya kehilangan pasangan hidup, tetapi juga kehilangan sosok pemimpin yang dikenal humanis di lingkungan tugasnya.
“Saya harap pelaku dihukum mati. Suami saya wafat saat berpuasa, dalam tugas. Jangan biarkan ini menjadi luka yang dibiarkan terbuka,” katanya lirih.@Suherman