Taufik CHT Ci: Minimnya Peran Sosial, Sehingga Sering Terjadinya Tawuran di Belawan 

Taufik CHT Ci: Minimnya Peran Sosial, Sehingga Sering Terjadinya Tawuran di Belawan 

SUMATERA UTARA, Radar BI-kawasan Belawan sangat rawan dengan konflik horizontal seperti tawuran baik antar pemuda maupun antar lingkungan. Bahkan, baik Pemko Medan, kepolisian dan pemerintah kecamatan sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah aksi tawuran.

Aksi tawuran antar pemuda maupun antar warga lingkungan yang sering terjadi di Kawasan Medan Utara, dikarenakan adanya beberapa faktor penyebab. Belakangan ini terjadi aksi tawuran hingga menimbulkan korban jiwa tertembak polisi yang berniat melakukan pembubaran.

Fenomena tawuran yang kerap terjadi di kawasan Belawan, Medan Utara terus menjadi trending topik serta menjadi sorotan publik

Taufik CHT CI, seorang praktisi hypnotherapy sekaligus Sekretaris Umum Lembaga Rehabilitasi Narkoba LRPPN Bhayangkara Indonesia, terkait maraknya konflik sosial di wilayah pesisir tersebut,buka suara,pada Rabu (07/05)

Menurut Taufik, tawuran yang terjadi bukanlah insiden spontan, melainkan gejala dari persoalan sosial yang mengakar.

Taufik menilai dalam laporannya, setidaknya ada tiga aspek utama yang menjadi pemicu meningkatnya kekerasan di kalangan remaja Belawan, adalah pendidikan, pekerjaan, dan lemahnya peran Sosial , seperti organisasi kemasyarakatan (Ormas).

“Tingginya Angka Putus Sekolah

Belawan mencatat sekitar 1.500 kasus anak putus sekolah pada tahun 2021. Minimnya akses terhadap pendidikan, baik formal maupun informal, menyebabkan remaja kehilangan wadah pembinaan moral dan arah hidup. Akibatnya, mereka kerap mencari jati diri melalui pergaulan bebas hingga aksi kekerasan jalanan.

“Lapangan Kerja yang tidak merata padahal Belawan adalah Pelabuhan utama di Sumatera Utara, namun ironisnya hanya sekitar 1% Warga lokal yang terserap dalam sektor industri di wilayah tersebut.

“Stigma bahwa pemuda Belawan malas dan sulit diatur menjadi penghambat besar keterlibatan mereka di sektor formal,ketiadaan aktivitas produktif mendorong frustrasi kolektif yang berujung pada tawuran,”ucap Taufik

“Lanjutnya,lemahnya peranan Ormas dan Tokoh Masyarakat

kurangnya keterlibatan aktif tokoh masyarakat dan ormas dalam pembinaan remaja,bisa jadi turut memperburuk situasi,”terangnya

Menurut Taufik, ini bisa menjadi bahan kajian bagi Pemerintah untuk menyikapi Permasalahan yang terjadi dibelawan,yakni :

1. Bidang Pendidikan: Pengadaan pelatihan keterampilan dan program konseling berbasis komunitas bagi remaja putus sekolah.

2. Bidang Pekerjaan: Pelatihan kerja dan pembukaan akses kerja bagi pemuda lokal di sektor industri pelabuhan.

3.Peran Sosial: Penguatan ormas dalam kegiatan positif remaja serta pelibatan tokoh masyarakat sebagai mediator konflik dan agen perdamaian.

“Taufik juga menyampaikan bahwa penyelesaian masalah tawuran di Belawan harus menyasar ke akar persoalan, bukan hanya menangani efeknya, kita tidak bisa hanya mengutuk aksi kekerasannya saja, tapi harus membenahi sistem sosial yang melahirkannya,”ungkap Taufik CH CT.(Red)

RADAR NEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *